Air
di laut, sungai, dan danau menguap karena pengaruh panas dari sinar matahari.
Tumbuhan juga mengeluarkan uap air ke udara. Proses penguapan ini disebut evaporasi.
Uap air naik dan berkumpul di udara. Lama-kelamaan, udara tidak dapat lagi
menampung uap air (jenuh). Proses ini disebut presipitasi (pengendapan). Jika
suhunya turun, uap air akan berubah menjadi titik-titik air. Titik-titik air
ini membentuk awan. Proses ini disebut kondensasi (pengembunan).
Titik-titik
air di awan kemudian akan turun menjadi hujan. Air hujan akan turun di darat
maupun di laut. Air hujan itu akan jatuh ke tanah atau perairan. Air hujan yang
jatuh di tanah akan meresap menjadi air tanah. Selanjutnya, air tanah akan
keluar melalui sumur. Air tanah juga akan merembes ke danau atau sungai. Air
hujan
juga ada yang jatuh ke perairan, misalnya sungai atau danau. Kondisi ini akan
menambah jumlah air di tempat tersebut. Air di sungai akan mengalir ke laut. Di
lain pihak sebagian air di sungai dapat menguap kembali. Air sungai yang
menguap membentuk awan bersama dengan uap dari air laut dan tumbuhan. Proses
perjalanan air di daratan itu terjadi dalam daur air. Dari sini dapat
disimpulkan bahwa jumlah air di Bumi secara keseluruhan cenderung tetap. Hanya
wujud dan tempatnya yang berubah.
Daur air
merupakan sirkulasi (perputaran) air secara
terus-menerus dari bumi ke
atmosfer
dan kembali ke Bumi. Daur air ini terjadi melalui proses evaporasi (penguapan),
presipitasi (pengendapan), dan kondensasi (pengembunan). Perhatikan skema
proses daur air di bawah ini!
Hari
ini cuaca cerah sekali. Murid-murid kelas V sedang berada di kolam renang, bersiap
untuk berlatih beberapa gaya renang yang telah mereka pelajari. Beni menyapa
Udin yang sedang sibuk melakukan pemanasan. Udin tampak tak sabar, ingin segera
memulai kegiatan berenang.
“Hore!
Hari yang cerah untuk berenang!” seru Udin.
“Wah,
Udin semangat sekali! Pasti kamu ingin segera melatih gaya berenangmu, ya, Din?
Kamu memang jago berenang, Din!” kata Beni.
“Ha
ha ha, bisa saja kamu, Ben. Iya, aku memang ingin segera berlatih. Aku masih
belum bisa melakukan beberapa gerakan dalam gaya dada. Ah, itu Pak Guru! Aku
mau menyempurnakan gaya dadaku, ah!” kata Udin sambil meninggalkan Beni.
Bagaimana cara
melakukan renang gaya dada yang benar?
Murid-murid
telah berada di dalam kolam renang. Secara berpasangan, mereka saling mengamati
dan membantu pasangannya melakukan gerakan renang yang benar. Beni dan Udin
berenang berpasangan dan tampak senang dalam pelajaran renang kali ini.
“Brrr..!
Segarnya berenang!” seru Udin. “Seandainya aku masih bisa berenang setiap hari
di sungai dekat rumahku!
“Memangnya
ada apa dengan sungai dekat rumahmu? Bukankah sungai itu bersih dan cukup
banyak airnya?” tanya Beni heran.
“Bersih,
memang, tapi jumlah airnya terus menurun dengan cepat. Terakhir aku ke sana,
hampir tak ada lagi cukup air untuk berenang. Aku perhatikan, akhir-akhir ini,
air sungai itu cepat sekali berkurang. Padahal sekarang belum masuk musim kemarau!”
ujar Udin sedih.
“Wah,
gejala yang cukup menyedihkan. Bagaimana kita dapat berenang, jika airnya terus
berkurang, ya? Kira-kira apa yang menyebabkan jumlah air dapat berkurang
seperti itu?” tanya Beni.
Gaya dada adalah berenang dengan
posisi dada menghadap ke permukaan air. Batang tubuh selalu dalam keadaan
tetap. Kedua belah kaki menendang ke arah luar. Sementara kedua belah tangan
diluruskan di depan. Kedua belah tangan dibuka ke samping, seperti gerakan
membelah air agar badan maju lebih cepat ke depan. Gerakan tubuh meniru gerakan
katak sedang berenang. Pernapasan dilakukan ketika mulut berada di permukaan
air, setelah satu kali gerakan tangan-kaki atau dua kali gerakan tangan-kaki. Sumber: Wikipedia
Berkurangnya volume atau jumlah
air dapat terjadi karena tingginya proses penguapan. Proses penguapan adalah
perubahan air menjadi uap air karena panas (sinar matahari atau dipanaskan di
atas api) dan angin. Proses penguapan adalah bagian dari daur air.
Sumber: Scott Foresman. 2008. Science
0 komentar:
Posting Komentar